Masyarakat menyambut baik fasilitas kesehatan yang didirikan Mangkunegaran. Mereka yang sebelumnya hanya mengandalkan pengobatan tradisional mulai mencari pengobatan modern. Awalnya, pengawasan kesehatan di daerah luar Kota Mangkunegaran, seperti Tasikmadu dan Colomadu, diserahkan kepada dokter pabrik. Namun pada tahun 1934, pengawasan langsung diambil alih oleh dokter dari Pura Mangkunegaran.
Pada awal abad ke-20, di Hindia Belanda, khususnya di Surakarta, penyakit seperti pes, malaria, diare, dan disentri sedang meningkat. Kebutuhan akan layanan kesehatan menjadi mendesak dan tidak dapat diabaikan. Surakarta memiliki beberapa rumah sakit modern, di antaranya Panti Rogo, Zending Ziekenhuis, dan Ziekenzorg. Ziekenzorg berdiri di daerah Mangkubumen, bagian dari Mangkunegaran. K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII melalui bevolkingfonds—dana rakyat—membiayai pembangunannya pada tahun 1921.
Dana ini tidak hanya untuk membangun rumah sakit, tetapi juga untuk biaya operasional, dengan mengutamakan bantuan bagi masyarakat kurang mampu. Pada tahun 1925, fokus dana rakyat ini beralih ke pemeliharaan kesehatan masyarakat. Kepentingan Mangkunegaran meluas ke luar kota; kesehatan pedesaan juga sama pentingnya. Karena itu, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII mendirikan poliklinik di berbagai lokasi, termasuk Karanganyar dan Karangpandan.
Satu poliklinik khusus melayani pekerja pabrik gula milik Mangkunegaran, Colomadu dan Tasikmadu. Selain kesehatan fisik, Mangkunegaran juga memperhatikan kesejahteraan mental. Mereka bekerja sama dengan rumah sakit jiwa di Mangunjayan, Lawang, Magelang, dan Bogor untuk merawat pasien dengan gangguan mental. Antara tahun 1929 dan 1937, Pemerintah Mangkunegaran mengalokasikan dana untuk rehabilitasi dan perawatan mereka yang menderita penyakit mental.
Di bawah K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII, Mangkunegaran mengambil langkah-langkah signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Fasilitas kesehatan didirikan untuk penduduk perkotaan dan pedesaan. Tidak hanya rumah sakit yang dibangun, tetapi dana operasional juga disediakan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat Mangkunegaran dapat terhindar dari cengkeraman penyakit endemik dan menjalani hidup yang lebih sehat. Poliklinik Colomadu, yang dibangun pada tahun 1916, segera melampaui kapasitasnya karena meningkatnya jumlah pasien, yang menyebabkannya diperluas menjadi rumah sakit pada tahun 1919. Poliklinik ini menyediakan layanan rawat jalan dan rawat inap.
Sumber: Mangkunegaran.id
