Pada awalnya, Triwindu hanyalah deretan pedagang sederhana yang menawarkan makanan ringan, kain, majalah, dan koran. Namun seiring berjalannya waktu, kios-kios kecil mulai bermunculan pada tahun 1960-an.
Pasar ini bertransformasi menjadi pusat bagi para pencari barang antik. Pada tahun 2008, pasar ini terlahir kembali dengan renovasi yang mengusung desain Jawa. Pada tahun 2011, pasar ini telah memantapkan dirinya sebagai jantung barang antik di Kota Surakarta.
Di sini, orang dapat menemukan berbagai harta karun unik—perkakas elektronik tua, peralatan dapur, koin kuno, topeng, perhiasan, keramik, perlengkapan batik, mainan tradisional, kebaya, dan masih banyak lagi. Setiap hari, pasar ini menarik banyak wisatawan dan kolektor, baik lokal maupun asing, yang ingin mengungkap masa lalu.
Pasar Triwindu terletak di depan Pura Mangkunegaran, tempat yang telah dikenal kehidupannya sejak tahun 1939. Pasar ini hadir pada perayaan ke-24 kenaikan takhta K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII. Nama Triwindu menceritakan sebuah kisah: ‘tri’ untuk tiga, ‘windu’ untuk delapan, dan jika ditotal menjadi dua puluh empat. Pada masa itu, pasar muncul, tempat berkumpulnya orang-orang di tempat yang sekarang berdiri.
Sumber: Mangkunegaran.id
