Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Wayang Orang Mangkunegaran

Seni pertunjukan Mangkunegaran merupakan titik pusat kehidupan budaya Jawa yang dilakukan dengan kehalusan dan kesempurnaan sehingga ketenarannya telah menyebar ke seluruh dunia. Wayang orang atau biasa disebut sebagai wayang wong merupakan salah satu seni pertunjukan Jawa. Wayang orang dalam bahasa Jawa disebut sebagai ringgit tiyang, merupakan seni pertunjukan yang diciptakan oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I. Seni pertunjukan wayang orang mengangkat kisah dari hikayat-hikayat lama, terutama dari repertoar wayang kulit purwa, namun terkadang juga dari lakon-lakon gedog.

Wayang Orang Mangkunegaran dipentaskan pertama kali pada tahun 1760. Ketika itu wayang orang hanya dinikmati oleh kerabat Mangkunegaran dan para punggawa. Pemainnya adalah para abdi dalem Mangkunegaran. Seluruh penarinya adalah para putra kerabat dan abdi dalem. Pakaian yang dikenakan tidak jauh berbeda dengan pakaian adat sehari-hari Mangkunegaran. Lakon pertama yang diciptakan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I adalah Wijanarka. Sejak kemunculannya, wayang orang penuh dengan muatan tentang ajaran hidup dan keagamaan.

Kejayaan Wayang Orang Mangkunegaran terjadi masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V. Wayang Orang Mangkunegaran mengalami perkembangan dalam hal busana, pemain, dan lakon-lakon yang dimainkan. Perkembangan busana wayang orang mengikuti perwujudan busana wayang kulit purwa. Penciptaan busana baru itu diilhami oleh Patung Bima dan relief-relief pada Candi Sukuh, antara lain: makutha, kelat bahu, sumping, praba, dan uncal badhong. Perubahan busana ini memberi kemudahan bagi penonton untuk membedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh lainnya.

Perubahan Wayang Orang Mangkunegaran tidak terbatas pada perubahan busana dan penari, melainkan juga penciptaan naskah lakon. Selain menampilkan lakon-lakon pokok dari epos Ramayana dan Mahabarata, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V melakukan pembaruan dengan menampilkan lakon-lakon caranganCarangan diartikan sebagai lakon wayang yang keluar dari jalur pakem (standar) tetapi para pemeran dan tempat dalam cerita carangan tetap menggunakan tokoh-tokoh wayang purwa berdasarkan Mahabarata atau Ramayana. Tidak kurang 15 lakon carangan wayang orang diciptakan oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V.

Seni pertunjukan wayang orang menyajikan sebuah trinitas yang hampir ideal antara tari, teater, dan musik yang menjadi satu dalam seni pertunjukan. Tak satupun dari ketiga elemen ini yang mendominasi dengan mengorbankan yang lain sehingga dapat dikatakan kesempurnaan dalam harmoni yang indah tercapai dalam wayang orang.

Seni pertunjukan wayang orang ditampilkan pada malam hari, sama seperti pertunjukan wayang kulit. Wayang orang yang berada di Mangkunegaran terdiri dari dua bentuk tambahan dari wayang orang yang menjadi ciri khasnya yaitu Langendriyan dan Prasana Asmara. Berbeda dengan wayang orang di mana para aktor berbicara dalam bentuk prosa, pada seni pertunjukan ini dialog akan dinyanyikan dalam bentuk macapat. Seni pertunjukan ini kemudian menjadi drama musikal dan perbedaan berikutnya dengan wayang orang adalah hanya perempuan yang tampil dalam pertunjukan ini (begitu juga peran pria) dan tidak memiliki dalang.

Penampilan seni pertunjukan wayang orang menggambarkan suasana hati dan perasaan dalam postur tubuh dan gerakan tari. Cerita dalam wayang orang diekspresikan dalam figur-figur gerakan tarian. Dalam seni pertunjukan wayang orang yang baik, semua bakat estetika orang Jawa yang sangat kaya akan bakat di bidang ini mekar dan terpancar sepenuhnya. Setiap postur, sikap yang ada di dalam seni pertunjukan wayang orang adalah pemikiran yang indah selayaknya sebuah puisi yang sangat halus.

Referensi:

Het Comite Voor Het Triwindoe-Gedenboek Secretariaat. 1939. Het Triwindoe-Gedenboek Mangkoe Nagoro VII. Surakarta: Het Comite Voor Het Triwindoe-Gedenboek Secretariaat.

J. Kunts. 1940. Een En Ander Over De Javaansche Wajang. Amsterdam: Koninklijke Vereeniging, Koloniaal Instituut.

TH. B. Van Lelyveld. 1922. De Javaansche Danskunst. Den Haag: Hadi Poestaka.

Sumber: Mangkunegaran.id

Bacaan Terkait Lainnya

Kemewahan Kuliner dalam Harmoni Tradisi

Rayakan kehangatan Hari Raya dengan pengalaman kuliner istimewa di Pracimasana Mangkunegaran. Niskala Citta Liburan Hari Raya menghadirkan perpaduan cita rasa autentik dan keanggunan jamuan kerajaan dalam satu set menu yang menggoda selera.

Nikmati hidangan khas yang terinspirasi dari dapur istana Mangkunegaran, mulai dari Pitik Gocek yang kaya rempah, Sop Krim Jagung yang lembut dan menghangatkan, hingga Jangkepan Kambing Panggang atau Jangkepan Iga Panggang, sajian utama yang melambangkan kelengkapan dan kemewahan tradisi. Sebagai penutup, manjakan diri dengan Apple Tart yang lembut serta segarnya Es Krakisan Sereh, minuman favorit para bangsawan Mangkunegaran.

📅 Periode: 1 – 30 April 2025

Reservasi Sangat Terbatas!
Untuk menjaga eksklusivitas pengalaman bersantap Anda, reservasi set menu ini hanya tersedia di hari yang sama dengan jadwal kedatangan Anda ke Pracimasana. Pastikan Anda mengamankan tempat lebih awal agar tidak kehabisan kesempatan menikmati jamuan spesial ini.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda
Pracimasana dan Pracimaloka adalah 2 area yang berbeda di dalam Pracima Tuin (Taman) Mangkunegaran

PRACIMASANA merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyajikan hidangan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman bersantap ala kerajaan.
🚨 minimum payment Pracimasana Rp150.000/Orang (before tax+service charge)

PRACIMALOKA merupakan tempat untuk menikmati sajian teh atau kopi serta makanan ringan seperti kue dan pastry.
🚨 minimum payment Pracimaloka Rp100.000/Orang (before tax+service charge)

Keduanya masih berada di area Pracima Tuin (Taman) serta masih dapat untuk mengakses Taman setelah melakukan kunjungan ke Pracimasana maupun Pracimaloka.