Pada awalnya, pabrik ini merupakan milik pribadi, yang berarti K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV mengendalikan perkebunan tebu. Namun, seorang administrator bernama R. Kamp mengelola operasi sehari-hari. Ia bekerja di sana selama 8 tahun hingga tahun 1870, ketika putranya, G. Smith, mengambil alih karena R. Kamp harus mengelola perkebunan kopi sebagai gantinya.
Pabrik mulai dibangun setelah mendapat izin dari seorang pria bernama Nieuwenhuyzen, yang bertanggung jawab atas Surakarta. Batu pertama pabrik diletakkan pada hari Minggu, 8 Desember 1861. Membangun pabrik menghabiskan banyak biaya—sekitar 400.000 gulden.
Sebagian besar uang ini berasal dari pinjaman dari keuntungan yang diperoleh dari perkebunan kopi milik Mangkunegaran. Seorang teman K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV, seorang pemimpin Cina bernama Be Biauw Tjwan, juga meminjamkan uang untuk pabrik tersebut.
Pada tahun 1862, Pabrik Gula Colomadu siap untuk mulai beroperasi. Pabrik gula pertama di daerah Surakarta bernama Pabrik Gula Colomadu. Pabrik ini dirintis oleh seorang pimpinan bernama K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV. Nama “Colomadu” berasal dari dua kata, yaitu “colo” yang berarti gunung dan “madu” yang berarti manis atau gula.
Nama ini dipilih karena mereka berharap gula yang dihasilkan di sana akan manis dan melimpah. Kemudian, menjelang akhir masa kepemimpinan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV, muncul berbagai diskusi tentang Pabrik Gula Colomadu.
Mereka ingin agar pabrik tersebut lebih baik lagi sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Praja Mangkunegaran. Akhirnya, pabrik tersebut berubah dari milik keluarga K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV menjadi milik masyarakat.
Sumber: Mangkunegaran.id
