Di jantung Mangkunegaran, pada tanggal 1 dan 2 November 2024, terbentang permadani budaya, yakni Batik Angsukayana Mangkunegaran yang selaras dengan kesakralan Tingalan Wiyosan Setu Pon. Di bawah gemerlap gemerlap Pendhapa Ageng, alunan gamelan Gangsal Kyai Kanyut Mesem yang memesona menyinari malam Jumat itu, menandai Setu Pon, Bakda Mulud ke-29 tahun 1958 Era Jawa.
Saat matahari terbenam di bawah cakrawala, Wiyosan Setu Pon menandai puncak perayaan Batik Angsukayana Mangkunegaran. Malam itu menjadi lebih hidup dengan penampilan gemilang Beksan Srimpi Pandelori dari Langenpraja Mangkunegaran, Beksan Ambabar Batik dari Sanggar Soerya Soemirat, dan Srimpi Srimpet dari Komunitas Sahita, yang menggemakan kekayaan warisan batik dalam perayaan seni dan warisan di Dalem Prangwedanan.
Wacana diawali dengan pemaparan yang mencerahkan dari berbagai pembicara, termasuk suara dari Batik Giriarum, perkumpulan perajin dari Desa Girilayu, yang mencari telinga pemerintah untuk perjuangan dan aspirasi mereka. Diskusi dipandu dengan terampil oleh Retno Wulandari, kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Surakarta, bersama Christopher Kwan, staf ahli K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X. Bersama-sama, mereka mendalami dasar-dasar filosofis, seni penciptaan, dan peran batik dalam kehidupan sehari-hari.
Saat fajar menyingsing pada hari Sabtu, perayaan berlanjut dengan Sarasehan Batik di Dalem Prangwedanan, di mana esensi budaya batik menjadi pusat perhatian, mengundang eksplorasi mendalam terhadap keindahannya yang abadi. Tema yang dipilih, “Budaya Batik: Menghidupkan Kembali Warisan, Memperkuat Masa Depan,” mengundang para perajin, pengusaha, dan penikmat, termasuk nama-nama terkenal seperti Batik Danar Hadi, Batik Giriarum, Batik Hardjonegaran, Batik Kanjengan, Batik Keris, dan Iwan Tirta Private Collection yang terhormat.
Pertemuan tersebut dimeriahkan oleh kehadiran Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon, bersama K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X dan pejabat dari Mangkunegaran, yang bertindak sebagai tuan rumah yang ramah. Yang Mulia Pangeran Haryo (K.P.H.) Tjuk Susilo, Pengageng Kawedanan Mandrapura Mangkunegaran, berdiri untuk menyampaikan sambutan hangat kepada para perajin batik yang berkumpul di Dalem Prangwedanan.
Dengan rasa terima kasih yang tulus, ia menyampaikan harapan bahwa acara ini akan menerangi jalan ke depan bagi budaya batik dalam menghadapi tantangan kontemporer. “Mari kita berbincang dan berkolaborasi,” ajaknya, sambil membayangkan masa depan di mana batik Mangkunegaran tumbuh subur kembali.
Sumber: Mangkunegaran.id
