Bahkan hingga kini, batik Mangkunegaran terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Batik ini menjadi bukti keawetannya dan terus menginspirasi.
Motifnya yang khas dan filosofinya yang mendalam semakin memantapkan identitasnya sebagai ciri khas Mangkunegaran. Tradisi batik ini berakar pada sejarah Kerajaan Mataram Islam. Pada awalnya, batik ini dikenal sebagai batik Mataraman, yang kemudian berkembang menjadi ekspresi modern yang ditemukan di Mangkunegaran.
Motif klasik seperti parang, kawung, dan semen menjadi dasar pembuatannya, yang kemudian diresapi dengan semangat berani dan dinamis yang khas Mangkunegaran. Puncak batik Mangkunegaran terjadi pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkoenagoro IV (1853 – 1881) dan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII (1916 – 1944).
Kepemimpinan mereka memicu gelombang kreativitas dan inovasi, sehingga memunculkan motif-motif baru seperti “Buketan Pakis,” “Sapanti Nata,” dan “Wahyu Tumurun,” yang semuanya merupakan lambang pembaruan dan kemajuan.
Batik gaya Mangkunegaran merupakan warisan budaya yang kaya, lahir dari tangan-tangan terampil para wanita istana dan para pembantunya. Batik ini mengandung makna dan estetika yang kental, perpaduan antara tradisi dan modernitas yang mencerminkan sejarah panjang dan filosofi luhur Mangkunegaran.
Sumber: Mangkunegaran.id
