Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Monumen Pers Nasional

Monumen Pers Nasional

Menelusuri Sejarah Pers Kota Surakarta dan Nasional

Monumen Pers Nasional merupakan sebuah tempat yang sangat bersejarah dalam dunia pers di Surakarta, bahkan memiliki nilai penting hingga tingkat nasional. Sebelum berubah fungsi menjadi museum pers yang kita kenal sekarang, Monumen Pers Nasional awalnya adalah bangunan yang dikenal dengan nama Societiet Sasana Soeka. Bangunan ini dulunya berfungsi sebagai balai pertemuan bagi para jurnalis, baik yang berasal dari kalangan pribumi maupun jurnalis Belanda pada masa itu. Bangunan bersejarah ini dirancang oleh arsitek ternama Mas Aboekan Atmodirono dan dibangun pada tahun 1918 atas perintah langsung dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII, seorang tokoh penting di Surakarta.

Kemudian, pada tahun 1933, gedung ini menjadi saksi bisu pertemuan antara Sarsito Mangunkusumo bersama sejumlah insinyur lainnya yang berkumpul di tempat tersebut untuk merintis Solosche Radio Vereeniging. Radio ini merupakan stasiun radio publik pertama yang dioperasikan oleh pribumi Indonesia, yang tentu saja menjadi tonggak penting dalam perkembangan media komunikasi di tanah air. Selain itu, momen bersejarah lain terjadi 13 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 9 Februari 1946, ketika Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) resmi dibentuk di gedung ini. Pendirian PWI di tempat yang kelak akan menjadi Monumen Pers Nasional menambah nilai sejarah dan kebanggaan tersendiri bagi dunia pers Indonesia.

Pendirian Monumen Pers Nasional sendiri dimulai pada tanggal 9 Februari 1956, bersamaan dengan perayaan sepuluh tahun berdirinya PWI. Pada saat itu, muncul gagasan untuk mendirikan sebuah yayasan yang akan menaungi museum pers sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian sejarah pers di Indonesia. Ide ini diajukan oleh beberapa wartawan ternama pada masa itu, seperti Rosihan Anwar, B.M. Diah, dan S. Tahsin. Akhirnya, pada tanggal 22 Mei 1956, yayasan tersebut secara resmi didirikan. Koleksi awal museum sebagian besar berasal dari sumbangan pribadi Soedarjo Tjokrosisworo, yang memberikan kontribusi besar dalam pengumpulan arsip pers bersejarah. Nama resmi “Monumen Pers Nasional” baru digunakan pada tahun 1973 sebagai pengakuan atas fungsi dan makna bangunan ini.

Lima tahun setelah penetapan nama tersebut, Monumen Pers Nasional dilengkapi dengan beberapa bangunan baru yang hingga kini masih berdiri kokoh dan menjadi bagian dari kompleks museum. Melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 210/M/2015, Monumen Pers Nasional secara resmi ditetapkan sebagai cagar budaya nasional yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. Saat ini, museum yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika ini menyimpan lebih dari satu juta surat kabar, majalah, dan berbagai jenis pers bersejarah lainnya yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan bahan penelitian bagi generasi muda serta pengunjung umum.

Monumen Pers Nasional juga berfungsi sebagai tujuan wisata pendidikan di Kota Surakarta, memberikan pengalaman belajar yang unik bagi para pengunjung mengenai sejarah perkembangan pers di Indonesia. Museum ini dapat dikunjungi di alamat Jl. Gajahmada No.59, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57132. Jam buka museum adalah dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB setiap harinya dengan tarif masuk yang sangat terjangkau, bahkan gratis bagi para pengunjung karena biaya tiket per orang adalah Rp 0,00 (gratis). Dengan demikian, Monumen Pers Nasional tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan pers Indonesia tetapi juga menjadi pusat edukasi dan pelestarian warisan budaya bangsa yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan bersama.

🏛 Monumen Pers Nasional

Jl. Gajahmada No.59, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57132

Bacaan Terkait Lainnya

Kemewahan Kuliner dalam Harmoni Tradisi

Rayakan kehangatan Hari Raya dengan pengalaman kuliner istimewa di Pracimasana Mangkunegaran. Niskala Citta Liburan Hari Raya menghadirkan perpaduan cita rasa autentik dan keanggunan jamuan kerajaan dalam satu set menu yang menggoda selera.

Nikmati hidangan khas yang terinspirasi dari dapur istana Mangkunegaran, mulai dari Pitik Gocek yang kaya rempah, Sop Krim Jagung yang lembut dan menghangatkan, hingga Jangkepan Kambing Panggang atau Jangkepan Iga Panggang, sajian utama yang melambangkan kelengkapan dan kemewahan tradisi. Sebagai penutup, manjakan diri dengan Apple Tart yang lembut serta segarnya Es Krakisan Sereh, minuman favorit para bangsawan Mangkunegaran.

📅 Periode: 1 – 30 April 2025

Reservasi Sangat Terbatas!
Untuk menjaga eksklusivitas pengalaman bersantap Anda, reservasi set menu ini hanya tersedia di hari yang sama dengan jadwal kedatangan Anda ke Pracimasana. Pastikan Anda mengamankan tempat lebih awal agar tidak kehabisan kesempatan menikmati jamuan spesial ini.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda
Pracimasana dan Pracimaloka adalah 2 area yang berbeda di dalam Pracima Tuin (Taman) Mangkunegaran

PRACIMASANA merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyajikan hidangan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman bersantap ala kerajaan.
🚨 minimum payment Pracimasana Rp150.000/Orang (before tax+service charge)

PRACIMALOKA merupakan tempat untuk menikmati sajian teh atau kopi serta makanan ringan seperti kue dan pastry.
🚨 minimum payment Pracimaloka Rp100.000/Orang (before tax+service charge)

Keduanya masih berada di area Pracima Tuin (Taman) serta masih dapat untuk mengakses Taman setelah melakukan kunjungan ke Pracimasana maupun Pracimaloka.