Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Seni Pertunjukan di Mangkunegaran (Bagian III)

Pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A.) Mangkoenagoro V (1881-1896) terjadi perubahan dalam seni pertunjukan di Mangkunegaran. Sebelumnya, seni pertunjukan dalam Pura Mangkunegaran hanya dapat dinikmati oleh kalangan dalam istana dan kerabat saja, namun pada masa ini seni pertunjukan Mangkunegaran dapat disaksikan oleh rakyat. Dalam pandangannya, seni pertunjukan tidak hanya ditujukan bagi kalangan bangsawan saja, tetapi juga rakyat.

Pandangan yang dimiliki oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V terhadap seni pertunjukan tersebut mempengaruhi perubahan fungsi seni pertunjukan di Pura Mangkunegaran. Pada mulanya, seni pertunjukan difungsikan sebagai pelengkap upacara, namun kemudian bergeser ke arah hiburan dan tontonan. Pergeseran tersebut secara tidak langsung mempengaruhi pementasan yang diadakan, sehingga pementasan yang ada kini lebih ditekankan pada daya tarik penonton.

Pada masa ini, di Pura Mangkunegaran berkembang seni tari meliputi tari bedaya, tari serimpi, tari tayub dan tari wireng, serta pada kesenian wayang meliputi wayang purwa, wayang klitik, wayang gedog, wayang golek dan wayang orang. Perubahan seni pertunjukan khususnya wayang orang di mana perubahan tersebut terjadi setelah K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V mengunjungi Candi Sukuh yang terletak di lereng Gunung Lawu.

Relief yang menghiasi dinding Candi Sukuh berupa figur dari pahlawan Mahabharata menginspirasi kostum dan hiasan dengan gaya yang sama dengan wayang kulit. Selepas kunjungan tersebut, segera para pemain wayang orang menerima busana baru mirip dengan wayang kulit. Setiap tokoh dalam wayang kulit dapat dikenali oleh para penonton dari pakaian, penutup kepala, bentuk hiasan atau pola pakaian yang khas. Cara tersebut juga diterapkan pada pemain wayang orang, sehingga meski ditonton dari jarak yang cukup jauh tokoh yang diperankan tetap bisa dikenali. Busana pada seni pertunjukan wayang orang menjadi lebih mewah, sehingga pertunjukan yang ditampilkan menjadi lebih indah. Bersamaan dengan perubahan busana, aspek koreografi dari wayang orang juga turut dikembangkan.

Pada Langendriyan, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V menonjolkan sisi pemainnya yang keseluruhannya perempuan. Pagelaran yang awalnya dilakukan dengan cara berjongkok mulai diubah menjadi berdiri seperti wayang orang. Perubahan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan dan menyempurnakan variasi gerakan tari dengan prinsip nilai estetis yang lebih tinggi, dibandingkan hanya mengutamakan formalitas dan sebagai penghormatan terhadap penguasa. Selain itu, perubahan juga terjadi pada busana yang dikenakan oleh penari. Busana yang dikenakan mengalami pembaruan dengan mengambil inspirasi dari busana yang digunakan pada wayang orang.

Pada masa pemerintahannya K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V banyak merubah seni pertunjukan yang ada di Mangkunegaran. Seni pertunjukan yang mulanya eksklusif dan hanya ditujukan untuk kalangan istana, kemudian dapat dinikmati oleh rakyat umum. Perkembangan pada seni dan budaya pada masa ini mununjukkan besarnya kecintaan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V terhadap seni dan budaya di Mangkunegaran.

Referensi

Khirana Marwadika. 2023. “Melintasi Gerbang Kreativitas: Langendriyan pada Era Mangkoenagoro V Hingga Mangkoenagoro VII”. Journal Histma Vol. 8, No. 2. Yogyakarta: Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada.

Suwaji Bastomi. 1996. Karya Budaya Mangkunagara I-VIII. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sumber: Mangkunegaran.id

Bacaan Terkait Lainnya

Kemewahan Kuliner dalam Harmoni Tradisi

Rayakan kehangatan Hari Raya dengan pengalaman kuliner istimewa di Pracimasana Mangkunegaran. Niskala Citta Liburan Hari Raya menghadirkan perpaduan cita rasa autentik dan keanggunan jamuan kerajaan dalam satu set menu yang menggoda selera.

Nikmati hidangan khas yang terinspirasi dari dapur istana Mangkunegaran, mulai dari Pitik Gocek yang kaya rempah, Sop Krim Jagung yang lembut dan menghangatkan, hingga Jangkepan Kambing Panggang atau Jangkepan Iga Panggang, sajian utama yang melambangkan kelengkapan dan kemewahan tradisi. Sebagai penutup, manjakan diri dengan Apple Tart yang lembut serta segarnya Es Krakisan Sereh, minuman favorit para bangsawan Mangkunegaran.

📅 Periode: 1 – 30 April 2025

Reservasi Sangat Terbatas!
Untuk menjaga eksklusivitas pengalaman bersantap Anda, reservasi set menu ini hanya tersedia di hari yang sama dengan jadwal kedatangan Anda ke Pracimasana. Pastikan Anda mengamankan tempat lebih awal agar tidak kehabisan kesempatan menikmati jamuan spesial ini.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda
Pracimasana dan Pracimaloka adalah 2 area yang berbeda di dalam Pracima Tuin (Taman) Mangkunegaran

PRACIMASANA merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyajikan hidangan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman bersantap ala kerajaan.
🚨 minimum payment Pracimasana Rp150.000/Orang (before tax+service charge)

PRACIMALOKA merupakan tempat untuk menikmati sajian teh atau kopi serta makanan ringan seperti kue dan pastry.
🚨 minimum payment Pracimaloka Rp100.000/Orang (before tax+service charge)

Keduanya masih berada di area Pracima Tuin (Taman) serta masih dapat untuk mengakses Taman setelah melakukan kunjungan ke Pracimasana maupun Pracimaloka.