Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Jenang Suran: Tradisi Kuliner Penuh Makna di Mangkunegaran

Jenang Suran dalam memperingati tanggal 10 Sura

Jenang suran adalah hidangan berbentuk bubur dengan berbagai kondimen yang hanya disajikan pada bulan Sura dalam penanggalan Jawa. Cara penyajian jenang suran berbeda-beda di setiap daerah, namun maknanya tetap sama, yaitu melambangkan rezeki, ketahanan, dan persatuan.

Cerita-cerita yang menjadi latar belakang tradisi ini juga memiliki kesamaan, seperti kisah Nabi Nuh dengan kapalnya atau Fatimah, putri Nabi Muhammad, saat terjadi perang. Keduanya menggambarkan kesulitan dan keterbatasan, terutama dalam hal makanan. Dari bahan yang tersisa, dibuatlah bubur atau jenang untuk dibagikan kepada masyarakat. Di Jawa, tradisi jenang suran diyakini sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Secara umum, masyarakat Jawa memandang tradisi jenang suran sebagai ungkapan syukur atas kemudahan menjalani kehidupan selama setahun terakhir, kemampuan bertahan melewati berbagai kesulitan, dan harapan agar kemudahan itu terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Di Mangkunegaran, tradisi pembagian jenang suran pada malam 1 Sura sudah berlangsung sejak masa kepemimpinan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VI. Hal ini sesuai dengan citra K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VI yang dikenal sebagai pemimpin yang toleran terhadap perbedaan budaya dan agama di lingkungan Mangkunegaran.

Seiring waktu, jenang suran di Mangkunegaran kini hanya dibagikan sekali setahun pada tanggal 10 Sura. Biasanya, makanan ini langsung disajikan untuk keluarga dan kerabat dekat Mangkunegaran serta para abdi dalem. Jenang suran Mangkunegaran terdiri dari sayur kare, tauge, wortel, buncis, perkedel kentang, kering tempe, pindang telur ayam, sayur krecek (kulit sapi), kerupuk udang, ikan teri goreng, dan bubur gurih.

Setiap bahan memiliki makna tersendiri, misalnya tauge yang melambangkan pertumbuhan dan keselamatan, serta perkedel yang berarti penghargaan dan rasa hormat kepada sesama. Jenang suran tidak hanya mengisi perut, tapi juga menumbuhkan refleksi diri dan harapan untuk masa depan. Selain itu, jenang suran menjadi pengingat pentingnya rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, dan semangat kebersamaan dalam masyarakat.

Bacaan Terkait Lainnya

Kemewahan Kuliner dalam Harmoni Tradisi

Rayakan kehangatan Hari Raya dengan pengalaman kuliner istimewa di Pracimasana Mangkunegaran. Niskala Citta Liburan Hari Raya menghadirkan perpaduan cita rasa autentik dan keanggunan jamuan kerajaan dalam satu set menu yang menggoda selera.

Nikmati hidangan khas yang terinspirasi dari dapur istana Mangkunegaran, mulai dari Pitik Gocek yang kaya rempah, Sop Krim Jagung yang lembut dan menghangatkan, hingga Jangkepan Kambing Panggang atau Jangkepan Iga Panggang, sajian utama yang melambangkan kelengkapan dan kemewahan tradisi. Sebagai penutup, manjakan diri dengan Apple Tart yang lembut serta segarnya Es Krakisan Sereh, minuman favorit para bangsawan Mangkunegaran.

📅 Periode: 1 – 30 April 2025

Reservasi Sangat Terbatas!
Untuk menjaga eksklusivitas pengalaman bersantap Anda, reservasi set menu ini hanya tersedia di hari yang sama dengan jadwal kedatangan Anda ke Pracimasana. Pastikan Anda mengamankan tempat lebih awal agar tidak kehabisan kesempatan menikmati jamuan spesial ini.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda
Pracimasana dan Pracimaloka adalah 2 area yang berbeda di dalam Pracima Tuin (Taman) Mangkunegaran

PRACIMASANA merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyajikan hidangan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman bersantap ala kerajaan.
🚨 minimum payment Pracimasana Rp150.000/Orang (before tax+service charge)

PRACIMALOKA merupakan tempat untuk menikmati sajian teh atau kopi serta makanan ringan seperti kue dan pastry.
🚨 minimum payment Pracimaloka Rp100.000/Orang (before tax+service charge)

Keduanya masih berada di area Pracima Tuin (Taman) serta masih dapat untuk mengakses Taman setelah melakukan kunjungan ke Pracimasana maupun Pracimaloka.