Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Beksan Bedhaya Ladrang Mangungkung

Beksan Bedhaya Ladrang Mangungkung (2022)

Bedhaya Ladrang Mangungkung adalah tarian klasik yang diciptakan pada tahun 2013. Tarian ini dipersembahkan untuk Yasan Dalem K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X yang resmi dikukuhkan pada 12 Maret 2022. Tarian ini dibawakan oleh tujuh penari perempuan. Bedhaya Ladrang Mangungkung mengisahkan perjuangan pasukan elit estri (perempuan) yang dibentuk oleh Pangeran Samber Nyawa saat melawan Kompeni Belanda dan pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I di Mangkunegaran.

Dalam perkembangannya, Beksan Bedhaya Ladrang Mangungkung mengalami penyempurnaan pada gerakan tari, pola lantai, kostum, dan notasi gending. Gerakan tari ini menggambarkan latihan perang pasukan estri yang kuat namun tetap menjaga kodratnya sebagai perempuan. Gerakannya menunjukkan keberanian, ketangkasan, kegagahan, serta keahlian dalam menggunakan wedung (sejenis pisau).

Untuk kostum, bagian atas penari mengenakan dodot prajuritan berupa kain dodot lurik merah dengan motif dom kecer. Motif dom (jarum) melambangkan sesuatu yang kecil tapi sangat tajam, sementara warna merah melambangkan keberanian. Bagian bawah memakai kain samparan hitam dengan tepi bermotif untu walang berwarna putih. Motif untu walang yang menyerupai ujung tombak dianggap sebagai simbol senjata, sedangkan warna hitam pada kain melambangkan ketenangan dan kekuatan tekad. Perpaduan kain samparan hitam dan motif putih ini disebut bangun tulak, yang berarti segala sesuatu tidak hanya ada yang membangun dan mendukung, tetapi juga ada yang menolak. Dalam karya ini, perpaduan warna tersebut menjadi simbol harapan agar segala cita-cita mendapat dukungan untuk terwujud.

Sampur atau selendang yang dipakai penari berwarna putih dengan ujung merah bermotif untu walang. Warna putih melambangkan kesucian dan ketulusan, sedangkan perpaduan merah pada sampur dan motif putih disebut gula klapa yang berarti kesuburan dan pertumbuhan. Oleh karena itu, perpaduan warna ini mengandung makna bahwa apa pun yang diharapkan akan terus tumbuh dan berkembang. Kombinasi dodot merah dan samparan hitam dinamai alas kobong sebagai lambang semangat yang menyala untuk mewujudkan cita-cita. Selain itu, penari juga membawa wedung kecil sebagai alat perang yang dihiasi untaian bunga melati.

Para penari mengenakan perhiasan berupa cunduk mentul yang menghadap ke belakang, cunduk jungkat, giwang, kalung penanggalan berbentuk wulan tumanggal, dan gelang. Mereka memakai sanggul pandhan dengan hiasan mata melok, penetep untaian melati, tusuk konde kecil di kiri kanan, serta sinthingan bunga kantil dua pasang di kedua sisi.

Model sanggul yang digunakan adalah gelung gedhe dengan hiasan untaian bunga melati model mata melok sebagai simbol agar bisa melihat apa yang terjadi di belakang. Untaian melati berfungsi sebagai penangkal serangan dari belakang, sedangkan sinthingan merupakan hiasan sanggul.

Cunduk jungkat disebut juga Wulan Tumanggal karena berbentuk bulan sabit, menegaskan bahwa kehidupan di dunia diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Cunduk mentul yang ditancapkan di atas sanggul menghadap ke belakang bermakna memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kalung berbentuk bulan sabit memiliki makna yang sama dengan cunduk jungkat. Giwang dan gelang berfungsi sebagai perhiasan pelengkap busana rias.

Konsep penyusunan Bedhaya Ladrang Mangungkung Yasan Dalem K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X dapat dipahami sebagai wujud nyata Pura Mangkunegaran dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan, khususnya beksan gaya Mangkunegaran.

Bacaan Terkait Lainnya

Kemewahan Kuliner dalam Harmoni Tradisi

Rayakan kehangatan Hari Raya dengan pengalaman kuliner istimewa di Pracimasana Mangkunegaran. Niskala Citta Liburan Hari Raya menghadirkan perpaduan cita rasa autentik dan keanggunan jamuan kerajaan dalam satu set menu yang menggoda selera.

Nikmati hidangan khas yang terinspirasi dari dapur istana Mangkunegaran, mulai dari Pitik Gocek yang kaya rempah, Sop Krim Jagung yang lembut dan menghangatkan, hingga Jangkepan Kambing Panggang atau Jangkepan Iga Panggang, sajian utama yang melambangkan kelengkapan dan kemewahan tradisi. Sebagai penutup, manjakan diri dengan Apple Tart yang lembut serta segarnya Es Krakisan Sereh, minuman favorit para bangsawan Mangkunegaran.

📅 Periode: 1 – 30 April 2025

Reservasi Sangat Terbatas!
Untuk menjaga eksklusivitas pengalaman bersantap Anda, reservasi set menu ini hanya tersedia di hari yang sama dengan jadwal kedatangan Anda ke Pracimasana. Pastikan Anda mengamankan tempat lebih awal agar tidak kehabisan kesempatan menikmati jamuan spesial ini.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda
Pracimasana dan Pracimaloka adalah 2 area yang berbeda di dalam Pracima Tuin (Taman) Mangkunegaran

PRACIMASANA merupakan area Restoran Mangkunegaran yang menyajikan hidangan dan minuman khas kerajaan serta pengalaman bersantap ala kerajaan.
🚨 minimum payment Pracimasana Rp150.000/Orang (before tax+service charge)

PRACIMALOKA merupakan tempat untuk menikmati sajian teh atau kopi serta makanan ringan seperti kue dan pastry.
🚨 minimum payment Pracimaloka Rp100.000/Orang (before tax+service charge)

Keduanya masih berada di area Pracima Tuin (Taman) serta masih dapat untuk mengakses Taman setelah melakukan kunjungan ke Pracimasana maupun Pracimaloka.