Raden Mas Said, lebih dikenal dengan gelar Mangkunegara I, adalah tokoh monumental dalam sejarah Jawa. Ia bukan hanya dikenal sebagai panglima perang pemberani yang dijuluki “Pangeran Sambernyawa”, tetapi juga sebagai negarawan dan arsitek kebudayaan Jawa yang meletakkan dasar bagi berdirinya Kadipaten Mangkunegaran.
Perjuangan RM Said dimulai sejak usia muda saat bergabung dalam pemberontakan terhadap VOC yang menindas rakyat dan mencederai tatanan tradisi Jawa. Dengan siasat gerilya yang cerdik dan dukungan rakyat kecil, ia memimpin perlawanan selama lebih dari 16 tahun, menjadikannya simbol keteguhan dan keberanian.
Namun kehebatannya tak hanya di medan tempur. Setelah mendapat pengakuan resmi atas wilayah kekuasaannya dari VOC, ia mendirikan Mangkunegaran sebagai entitas politik dan budaya. Di sinilah transformasi besar terjadi. Mangkunegaran bukan sekadar kadipaten, tapi pusat pembaruan Jawa.
Mangkunegara I menginisiasi reformasi dalam bidang pendidikan, kesenian, dan pemerintahan. Ia menekankan pentingnya etika, keadilan sosial, dan pelestarian budaya di tengah dunia yang mulai berubah oleh pengaruh barat.
Warisan besarnya hidup dalam sistem nilai dan karya sastra, musik, hingga struktur istana yang masih bisa disaksikan di Mangkunegaran hari ini.
Jika kamu ingin mencicipi semangat dan semarak budaya warisan Mangkunegara I, datanglah ke Pracima Mangkunegaran. Duduklah di Pracimasana, dan rasakan atmosfer kerajaan yang bijak dan anggun. Atau tenangkan diri di Pracimaloka, dengan secangkir teh dan harmoni budaya yang terjaga.
13. Mengapa Solo Dijuluki Kota Budaya? Ini 7 Alasannya
Kota Solo atau Surakarta memiliki identitas kuat sebagai pusat budaya Jawa. Julukan ini bukan hanya karena keberadaan keraton, tetapi juga karena Solo terus merawat dan menghidupkan nilai-nilai budaya leluhur secara aktif dan menyeluruh. Berikut tujuh alasan utama mengapa Solo dijuluki sebagai Kota Budaya:
- Dua Keraton dalam Satu Kota
Solo adalah rumah bagi dua pusat budaya klasik Jawa: Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Keduanya memiliki sistem pemerintahan sendiri dan menyimpan kekayaan adat, busana, tari, musik, dan tradisi yang lestari hingga kini. - Pelestarian Adat Istiadat
Upacara adat seperti Sekaten, Grebeg Maulud, dan Kirab Pusaka masih dilaksanakan setiap tahun dan menjadi daya tarik wisata budaya. Prosesi ini tak hanya menarik wisatawan, tapi juga memperkuat identitas masyarakatnya. - Seni Tradisi yang Hidup
Solo masih aktif menjadi rumah bagi para seniman wayang, penari klasik, pengrawit, pembatik, hingga pemahat topeng. Seni bukan sekadar pertunjukan, tapi bagian dari kehidupan harian masyarakat. - Bahasa dan Unggah-Ungguh
Masyarakat Solo dikenal santun dan menjaga tradisi berbahasa Jawa halus dengan unggah-ungguh yang tepat. Ini menjadi salah satu wujud nyata budaya dalam komunikasi sehari-hari. - Pendidikan Budaya Formal dan Nonformal
Solo memiliki institusi seperti ISI Surakarta yang mencetak generasi baru pelestari budaya. Di sisi lain, padepokan, sanggar seni, dan sekolah informal juga tumbuh subur. - Kuliner Tradisional yang Kaya Filosofi
Dari tengkleng, serabi, hingga teh racikan khas, Solo menyimpan rasa dan cerita. Kuliner bukan sekadar soal selera, tapi tentang sejarah dan nilai kehidupan. - Inovasi Budaya dalam Gaya Hidup Modern
Pracima Mangkunegaran adalah salah satu contoh bagaimana budaya istana dapat dikemas elegan dan inklusif. Lewat tempat seperti Pracimasana dan Pracimaloka, masyarakat kini dapat merasakan atmosfer budaya kerajaan dalam suasana kuliner dan relaksasi modern.
Solo bukan hanya kota budaya karena masa lalunya, tetapi karena pilihannya untuk tetap menjadikan budaya sebagai arah masa depan.