Pracimasana

Jl. RA Kartini, Kota Surakarta

081326159199

WhatsApp Customer Support

Buka Setiap Hari

Jam Buka: 10.00 - 22.00

Es Tape Ijo: Rasa Tradisi dalam Balutan Elegansi Pracima

Merupakan beras ketan fermentasi tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Es Tape Ijo adalah salah satu kekayaan kuliner yang terus hidup dalam budaya masyarakat. Di Pracimasana, Tape Ijo disiapkan secara homemade dengan metode tradisional yang telah diwariskan secara turun temurun. Menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan dikembangkan dengan teknik fermentasi alami, Tape Ijo menyuguhkan rasa manis yang khas dengan sentuhan asam lembut, tekstur kenyal, dan aroma khas yang menggugah selera.

Lebih dari sekadar makanan penutup, Tape Ijo adalah simbol keharmonisan antara warisan budaya dan eksplorasi rasa yang berkelanjutan. Dihidangkan dengan presentasi elegan di ruang Royal Fine Dining Pracimasana, hidangan ini menjadi jembatan antara nilai-nilai klasik dan selera masa kini.


Asal Usul Es Tape Ijo: Dari Dapur Rakyat ke Meja Bangsawan

Tape, atau dalam ejaan lokal “tapai”, merupakan makanan fermentasi yang telah dikenal sejak zaman kuno di berbagai wilayah Nusantara. Proses fermentasi yang digunakan memanfaatkan ragi alami untuk mengubah pati beras menjadi gula dan alkohol, menciptakan rasa manis dan aroma khas. Di Jawa Tengah, varian Tape Ijo dikenal karena warnanya yang menarik, berasal dari daun suji atau pandan alami yang ditumbuk dan dicampurkan saat proses awal.

Pada awalnya, tape merupakan makanan rakyat yang disajikan dalam acara hajatan atau sebagai kudapan sehari-hari. Namun, seiring waktu, tape mengalami evolusi dalam bentuk dan penyajian. Di kalangan istana Mangkunegaran, tape sering hadir sebagai bagian dari rangkaian jamuan penutup, dipadukan dengan es serut, santan, atau disajikan dalam bentuk yang lebih artistik dan berkelas.

Tape Ijo pun tidak luput dari sentuhan inovasi Pracimasana, yang merayakan kuliner klasik dengan pendekatan fine dining.


Fermentasi: Seni Menunggu dan Merawat

Salah satu keunikan Tape Ijo adalah proses pembuatannya yang tidak bisa tergesa-gesa. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam memilih bahan baku—khususnya beras ketan berkualitas tinggi—dan menjaga suhu, kelembapan, serta kebersihan selama fermentasi berlangsung.

Di Pracimasana, proses fermentasi dilakukan secara manual dengan pemantauan ketat selama 48 hingga 72 jam. Penggunaan daun suji tidak hanya memberikan warna hijau alami, tetapi juga aroma lembut yang menenangkan. Ragi tape dipilih dari jenis lokal yang telah teruji secara turun-temurun, menciptakan rasa khas yang sulit ditiru oleh produksi massal.

Seperti filosofi Jawa “alon-alon waton kelakon”, proses ini menegaskan bahwa kesabaran dan perhatian terhadap detail adalah kunci dari hasil terbaik.


Es Tape Ijo dalam Narasi Kuliner Klasik-Modern

Dalam dunia kuliner modern, fermentasi menjadi tren tersendiri. Banyak restoran bintang Michelin hingga kafe urban mengadopsi teknik fermentasi sebagai bagian dari eksplorasi rasa yang lebih dalam dan otentik. Tape Ijo, sebagai hasil fermentasi tradisional, pun mendapat sorotan baru sebagai dessert yang bukan hanya unik, tetapi juga sehat.

Kandungan probiotik alami dalam tape diketahui dapat membantu kesehatan pencernaan, sementara rasanya yang manis alami menjadikannya alternatif sehat dari pencuci mulut berbasis gula tambahan.

Di Pracimasana, Tape Ijo bisa hadir dalam berbagai interpretasi: sebagai isian pastry, dipadukan dengan krim segar, disajikan bersama kelapa parut dan es krim kelapa, atau bahkan diolah sebagai bagian dari amuse-bouche di awal jamuan. Setiap interpretasi tetap menjaga esensi rasa klasik sambil memberikan pengalaman baru bagi lidah modern.


Menghidupkan Warisan Lewat Rasa

Tape Ijo adalah contoh sempurna bagaimana kuliner bisa menjadi alat untuk merawat warisan budaya. Di tangan Pracimasana, hidangan ini tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dimodernisasi secara elegan. Setiap suapan menjadi bentuk penghormatan terhadap para ibu dan nenek di pedesaan Jawa yang dengan tekun menjaga tradisi fermentasi.

Lebih dari itu, Tape Ijo juga menjadi bukti bahwa makanan rakyat bisa tampil sejajar dengan hidangan internasional dalam konteks fine dining—selama disiapkan dengan rasa hormat dan visi estetika yang kuat.


Pracimasana dan Pracimaloka: Dua Wajah Rasa dari Puro Mangkunegaran

Bagi Anda yang ingin menikmati Tape Ijo dalam suasana formal dan tenang, Pracimasana (Royal Fine Dining) menawarkan pengalaman bersantap yang sarat nilai sejarah dan keindahan arsitektur Mangkunegaran. Tape Ijo disajikan sebagai bagian dari menu eksklusif yang merayakan warisan lokal.

Sementara bagi pencinta teh dan kudapan sore hari, Pracimaloka (Tea & Pastry House) menyajikan Tape Ijo dalam bentuk yang lebih ringan dan kreatif—misalnya sebagai tartlet, mille crepes tape, atau cake tape ijo dengan teh herbal pilihan. Nuansa Pracimaloka yang hangat dan kontemporer menjadikannya tempat ideal untuk berbagi cerita atau sekadar menikmati waktu.


Penutup: Cita Rasa Lokal yang Layak Mendunia

Tape Ijo bukan hanya makanan penutup. Ia adalah jejak sejarah, penanda identitas, dan karya rasa yang bisa dinikmati lintas generasi. Melalui pendekatan kuliner yang peka terhadap warisan, Pracima tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga membangkitkan memori dan memperkaya pengalaman.

Jika Anda ingin merasakan kelembutan Tape Ijo dalam versi terbaiknya—dengan sentuhan tradisional dan presentasi elegan—Pracimasana dan Pracimaloka adalah tempat yang patut dikunjungi. Di sini, cita rasa lokal diangkat dengan penuh kebanggaan dan keindahan.

0
  • ⚠️ Checkout hanya dapat dilakukan jika Anda telah memasukkan item reservasi. Silakan kembali ke halaman reservasi.
0
Reservasi/Menu Anda
Keranjang Belanja Anda KosongKembali untuk Pilih Reservasi/Menu Anda