Tari klasik Bedhaya dan Srimpi merupakan mahakarya budaya Jawa yang diwariskan secara turun-temurun di istana Mangkunegaran. Tarian ini bukan sekadar hiburan, tetapi ritual sakral yang sarat filosofi, refleksi spiritual, dan keharmonisan semesta.
Gerakan lambat dan lemah gemulai dari tari Bedhaya merepresentasikan kedalaman jiwa, kesucian niat, dan penghormatan kepada Yang Maha Esa. Srimpi, di sisi lain, menggambarkan keanggunan perempuan Jawa, pengendalian diri, dan keteguhan batin.
Di Pura Mangkunegaran, tarian ini diajarkan dengan ketat oleh guru tari kerajaan. Setiap gerakan memiliki makna tersendiri, mulai dari arah langkah, posisi tangan, hingga iringan gamelan. Tidak sembarang orang dapat menarikan tarian ini; diperlukan laku batin dan latihan panjang.
Kini, keindahan dan makna dalam Bedhaya dan Srimpi dihidupkan kembali dalam berbagai pementasan terbuka di Pracima Mangkunegaran. Tamu Pracimasana kadang beruntung menyaksikan suguhan tari ini di momen khusus, sementara di Pracimaloka, musik gamelan pengiring tarian menciptakan atmosfer tenang dan reflektif.